Sunday 9 March 2014

TEMAN DALAM KESENDIRIAN

Sungguh, tidak mudah menjaga keistiqomahan atas pilihan iman di zaman seperti ini. Saat rasa iman semakin tawar dan hambar. Saat penopang-penopangnya semakin sulit ditemukan. Dan saat lingkungan semakin tak mendukung. Adakah yang tetap teguh dalam kesendirian?
            Ibarat perjalanan, ahri-hari menapaki jalan iman adalah pertaruhan. Tentang keyakinan akan kebenaran dan janji keselamatan, juga kesabaran penempuhan yang seolah tak berkesudahan. Sednag mata yang nanar dan langkah yang limbung membuat jalan lurus ini tak tampak benderang. Ia serupa gulita belantara lebat yang pekat dengan berbagai jebakan. Terlihat terjal berliku dalam kesunyian yang menakutkan. Kini, siapakah yang sanggup berjalan ketika ia merasa sendiri?
            Meski, jika kita meneliti petunjuk yang terbaca jelas, juga jejak-jejak pendahulu yang meninggalkan bekas, kita bisa lega bernafas. Inilah jalan penghantar kesuksesan hakiki yang kita cari. Kita percaya, pernah ada manusia yang menempuhinya, dahulu kala, dalam jumlah yang melimpah, sebab dari jejak yang tertinggal kita dapat melacaknya. Mereka adalah hamba-hamba yang mendapat anugerah Allah; para nabi dan rasul, para syuhada’, dan para shiddiqin. Merekalah sebaik-baik teman perjalanan!
            Keyakinan yang cukup akan hal ini mutlak perlu. Agar kita tak ragu melangkah, sebab kita bukanlah pembuka jalan. Agar kita tak lagi takut meski hanya menjadi pengikut. Agar ‘azzam kita tak memudar meski jejak-jejak itu semakin samar. Juga, agar bashirah kita tak menumpul digerogoti fakta-fakta palsu yang terus muncul.
            Selanjutnya adalah kesabaran. Sebab tekad baja bisa saja lebur, keyakinan bisa hancur, dan langkah-langkah kaki bisa terhenti, untuk kemudina mundur teratur, jika kita tidka pandai merawatnya. Itu berarti ada jalan lain yang kita tempuh sedang keyakinan tentang kebenarannya tidak kita miliki utuh.
            Di sinilah kesabaran dibutuhkan agar perjalanan tidak menjadi beban berat. Bashirah ditajamkan agar setiap langkah menjaid nikmat. Nafsu muthmainnah dimenangkan agar kuat mengahadang setiap seruan jahat. Hingga perjalanan pulang ini terasa dekat. Hanya sekejap waktu yang akan segera berlalu, insyaAllaah…
            Maka berlakulah kemestian itu; jika yakin dan sabar semakin kuat, semakin kita bisa tegar melangkah di jalan ini, itulah intinya. Pun jika ia semakin lemah, maka langkah-langkah kaki akan berbalik arah sebab tidak sanggup memikul bertanya beban perjalanan. Tidak tahan melangkah dalma kesendirian, tanpa teman!
            Tapi lihatlah, kebenaran ini menyusup ke dalam kalbu, menancap kuat dengan hebat, kemudian memberikan keyakinan pasti. Ia serupa mata yang bersua sinar mentari pagi. Yang ketika ia yakin, maka tidak penting lagi sesiapa yang menolak dan meyetujui. Sebab kebenaran memang tidak memerlukan persetujuan makhluk, siapapun dia. Kebenaran adalah permakluman dair Sang Rahman.

            Maka, teman dalam kesendirian adalah keyakinan akan kebenaran. ISLAM!

No comments:

Post a Comment