Thursday 19 June 2014

RESUME BUKU AL-ISLAM


RESUME BUKU AL-ISLAM
Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul sejak Adam as sampai Muhammad SAW yang menjadi penutup para risalah. Allah menegaskan hal ini dalam alqur’an dengan beberapa ayat, antara lain:
“…dan aku disuruh supaya tergolong orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Yunus : 72)
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Mu.” (Q.S. Al-Baqarah : 128)
Makna Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT dengan menerima segala perintah, larangan, dan habar-Nya yang terdapat dalam wahyu. Barangsiapa yang menyerahkan wajah, hatinya, dan anggota badannya kepada Allah SWT dalam semua persoalan hidup, maka ia adalah seorang muslim. Kedamaian manusia sangat ditentukan oleh penyerahan diri secara total kepada Allah, maka Allah tidak membiarkan satu umatpun yang tidak diutus seorang Rasul pada mereka.
Kata Islam memiliki dua makna yaitu teks (nash) wahyu yang menjelaskan agama (din) Allah; dan amal manusia yaitu keimanan dan ketundukannya pada teks tersebut. Dengan kesempurnaan risalah Muhammad SAW, maka sempurnalah sudah struktur kenabian dan risalah samawiah. Dengan demikian, kita telah diberi petunjuk tentang semua tradisi para nabi dan rasul yang sebelumnya. Islam yang diserukan oleh Nabi Muhammad SAW dapat diketahui dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah diakui keabsahannya oleh para ‘ulama hadits. Kitab dan Sunnah telah menjelaskan semua persoalan yang berkait dengan aqidah, ibadah, keuangan, social kemasyarakatan, perang dan damai, perundang-undangan dan kehakiman, ilmu, pendidikan dan kebudayaan, hukum dan pemerintahan. Ara ahli fiqh memformulasikan semua persoalan yang dibahas oleh Islam menjadi aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan uqubah ‘sanksi hukum’.
Allah membebani manusia agar Islam ditegakkan di muka bumi sebagai langkah menuju kehidupan ukhrawi. Allah mewajibkan bagi setiap muslim untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fii sabilillah.
Islam adalah aqidah, ibadah, sistem hidup, dan cara menegakkannya. Kebenaran adalah Islam. Sedangkan kebathilan adalah jahiliyah. Kemaslahatan dan kebaikan adalah syariat Allah, dan kebalikannya adalah jahiliyah. Kejahilan dalam hal aqidha adalah kejahilan yang paling besar. Oleh karena itu, Allah mengampuni orang yang taubat dari amal jahil yang tidak bersifat ideologis dimana ia tetap beraqidah baik dan benar. Tetapi Allah tidak mengampuni orang yang aqidah dan ibadahnya jahil.
SYAHADATAIN
            Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam. Setiap amal ibadah seorang muslim yang bukan karena Allah ibarat menanam benih yang mati. Kedua kalimat syahadat satu sama lainnya saling berkaitan dan tidak boleh saling dipisahkan. Syahadat Muhammadarrasulullaah merupakan kelengkapan dari syahadat Laa ilaaha illallaah.
            Syahadat laa ilaaha illallaah mempunyai konsekwensi amal dan makna tertentu. Ia mempunyai hak dan yang mengucapkannya mempunyai kewajiban. Siapa yang komitmen padanya akan mendapat pahala; dan siapa yang berpaling darinya akan mendapat siksa. Ini semua tidak dapat diketahui kecuali dengan perantaraan Rasul Allah, yang kerasulannya didukung dalil-dalil aqli dan naqli. Dengan demikian, tampaklah keterkaitan antara syahadat laa ilaaha illallaah dengan syahadat Muhammadarrasulullaah.
Makna Ilah
            Makna ilah adalah Yang Disembah (al-ma’bud). Kata ‘abada memiliki makna yaitu: 1) al-‘abdu yang berarti hamba; 2) al-‘ibadah yang berarti ketaatan yang disertai ketundukan; 3) al-mu’abbadu, berarti yang dimuliakan dan diagungkan; 4) ‘abadabihi berarti selalu menyertainya dan tidka berpisah dengannya; 5) maa ‘abbadaka ‘annii artinya apa yang menahanmu untuk datang padaku. Dengan demikian alma’bud berarti yang memiliki, yang ditaati, yang diagungkan, dan yang mempunyai kekuasaan.
Kandungan Makna Syahadatain
-          Syahadatain merupakan sumber sistem hidup.
-          Syahadatain membentuk pemeluknya selaras dengan totalitas sunnatullah pada alam semesta.
-          Syahadatain menumbuhkan kebudayaan dan peradaban yang unik.
-          Syahadatain mengukuhkan kebanggaan iman kepada Allah.
Hal-hal yang membatalkan syahadatain
-          Bertawakkal dan bergantung pada selain Allah.
-          Mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam.
-          Melakukan sesuatu untuk selain Allah.
-          Memberikan hak untuk memerintah dan melarang secara mutlak, hak menghalalkan dan mengharamkan, hak membuat undang-undang, dan hak menentukan hukum kepada selain Allah.
-          Taat kepada selain Allah –atas dasar kesukarelaan dan keyakinan- tanpa izin dari-Nya.
-          Menghukum dengan selain hukum Allah atau berhukum kepada selain Allah.
-          Membenci Islam atau sebagian dari ajarannya.
-          Lebih mencintai dunia daripada akhirat, menjadikan dunia sebagai tujuan satu-satunya. Akan tetapi jika tidak mengingkari hari akhir, maka sikap tersebut tergolong maksiat (tidak membatalkan syahadat).
-          Menghina salah satu isi dari al-qur’an dan as-sunnah, atau orang alim yang menegakkannya, atau meperolok-olok hukum Allah, dan syiar-syiar Islam.
-          Menghalalkan apa yang diharamkan Allah secara qath’i (pasti), tanpa ada khilaf di kalangan mujtahid; dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah secara qath’i.
-          Tidak beriman dengan seluruh nash al-qur’an dan as-sunnah yang mutawatir.
-          Mengangkat orang-orang kafir dan munafikin sebagai pemimpin serta tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam dan orang-ornag mukmin.
-          Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullaah.
-          Merasa jijik dengan hal-hal yang mentauhidkan Allah dan merasa senang dengan hal-hal yang berbau syirik.
-          Menyatakan bahwa al-qur’an mempunyai makna bathin yang bertentangan dengan makna zhahir, dan hanya diketahui oleh ornag yang memiliki ilham.
-          Tidak mengenal Allah secara benar sehingga mengingkari sifat-sifat, nama-nama, atau tindakan-tindakan (af’al) Allah.
-          Tidak mengenal Rasulullah secara benar sehingga mengingkari sifat-sifatnya yang diberikan Allah kepadanya, memberikan sifat-sifat yang merendahkan martabatnya, atau tidak meyakini bahwa beliau adalah suri tauladan ynag terbaik dan tertinggi.
-          Mengkafirkan oranag yang mengucap syahadatain, serta tidka mengkafirkan dan menghalalkan perang terhadap orang yang mengingkarinya.
-          Mengerjakan suatu ibadah bukan karena Allah, seperti menyembelih bukan karena Allah, sujud, tawaf, pada selain baitullah dengan nita mendekatkan diri kepada Allah.
-          Terlibat riya’ (kegiatan hidupnya ingin dipuji manusia).

Riska Fitriyani_Komsat UNNES

No comments:

Post a Comment