Tuesday 15 October 2013

Si Bocah Pembeli Es Krim


Pada suatu hari yang panas, di tengah keramaian mall, seorang bocah mengantri di tempat pembelian es krim. Bajunya yang agak kusut dan lusuh menunjukkan bahwa ia bukan anak dari keluarga kalangan atas. Kontras sekali dengan suasana mall yang penuh keindahan dan wangi. Ia berniat untuk membeli sundae cream. Karena ukuran tubuhnya yang maish kecil, ia pun harus berjinjit dan mendongak untuk melihat si penjual es krim. "Maaf kak, sundae cream harganya berapa ya?" tanyanya kepada seorang perempuan di balik meja. "Lima ribu", jawab si pelayan dengan nada ketus. Kemudian si bocah tadi menghitung keping-keping uang logamnya. Kemudian ia bertanya lagi, "kalau plain cream berapa kak?". "Tigaribu limaratus," jawab si pelayan dengan nada yang lebih tinggi. Lalu si bocah menghitung keping-keping uang logamnya lagi. Si pelayan memandang si bocah dengan kesal karena di belakang bocah tersebut masih banyak yang mengantri tentunya dengan uang yang lebih banyak. "Kalau begitu saya beli plain cream saja kak", akhirnya si bocah membeli plain cream.

Alangkah kagetnya si pelayan ketika membersihkan piring es krim si bocah tadi. Ia menemukan dua keping uang 500-an dan lima keping uang seratusan tertumpuk rapi. Ia baru sadar bahwa sebenarnya si bocah tadi bisa membeli sundae cream, tetapi ia memilih membeli plain cream agar dapat memberikan uang tips kepadanya.

Ibrah yang dpt diambil: jangan meremehkan hal sekecil apapun karena pada dasarnya semua hal adalah penting dengan kemampuannya masing2.

:)

No comments:

Post a Comment