Monday 11 November 2013

Aku...


Bismillahirrohmaanirrohiim…

Aku, Dakwah, dan Tarbiyah
Bersama di sini dalam kafilah tarbiyah untuk menapaki jejak pewaris Nabi. Saatnya kita bersama menggelorakan jiwa, mencetak kader serba bisa, mengubah potensi menjadi prestasi, mengubah energy menjadi cahaya, mengubah ide menjadi karya, mengubah impian menjadi kenyataan. Aku yakin aku bisa, aku mampu… luar biasa!
Aku begitu lama memandangi layar laptopku ketika kutuliskan ini. Ingin kubercerita, tapi tak tahu darimana mengawalinya. Tentang aku, dakwah, dan tarbiyah ini. Maka aku membayang masa sekitar tiga tahun silam, awal aku bertemu tarbiyah. Ya, baru bertemu, belum mengenal. Kemudian aku diperkenalkan dengan tarbiyah oleh seorang kakak kelasku, beliau ketua An-Nisa Rohis SMA-ku. Aku diajak ke suatu rumah seseorang yang beliau sebut ustadzah. Oya, ketika mengajakku, beliau tak menyebut sama sekali kata halaqoh, liqo’, usroh, atau nama-nama lain yang semacamnya. Beliau hanya berkata ingin mengajakku ngaji. Dan dari berbagai proses, akhirnya aku paham, ini tarbiyah.
Dari tarbiyah, aku merasa menemukan hal-hal baru, menemukan cahaya (pengetahuan) yang belum pernah kudapatkan padahal ia sangat penting, yaitu peran kita di dunia ini. Di tarbiyah, aku jadi tahu, bahwasanya kita adalah da’i sebelum apapun, sebelum disebut guru, doctor, professor, dan sebutan-sebutan lain yang kita dapat peroleh hanya jika kita mau berjuang, sungguh kita telah mendapat gelar yang amat mulia, da’i.
Aku seorang da’i. Sayang sekali aku baru menyadarinya ketika aku mengenal liqo’, mengapa tidak sejak dulu? pikirku. Tapi, Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan untuk menyadari bahwa aku pada intinya adalah seorang da’i tanpa harus menunggu lulus dari ponpes, atau pergi haji dulu. Aku berfikir, dakwah bagiku adalah amanah yang luar biasa mulia, meneruskan perjuangan para Nabi, menegakkan tauhid yang murni di muka bumi. Namun, ia juga terasa amat berat, karena dunia seringkali tak berpihak pada para da’i, banyak cobaan yang akan mereka harus terima, mulai dari kata-kata yang menyindir, atau bahkan ada yang langsung bilang tidak suka, dan ada banyak lagi. Emm…sebagian aku pun sudah merasakannya. J. Tapi dakwah harus tetap berjalan, karena akulah yang butuh dakwah. Bukan dakwah yang membutuhkan aku. Karena meskipun aku tidak berdakwah, agama Alloh akan tetap tegak di muka bumi karena Alloh sendiri lah yang Akan Menjaganya.
Dan aku seorang mutarobbi. Belajar di dalam sebuah halaqoh. Bagiku, halaqoh atau sering kita sebut liqo’ adalah penyedia energy ruhani. Ibarat batu baterai atau laptop yang butuh di-charge, aku merasa ruhiyahku pun butuh diupgrade energinya, yaitu melalui halaqoh. Dalam halaqoh, aku menemukan saudara yang aku anggap sama denganku, sama tujuan hidupnya, sama mengerti tugasnya, dan sama pemikirannya (fikroh)nya. Meski, tentu tak sama karakternya bahkan jauh berbeda. Cobaan itu akan selalu datang, godaan setan yang terkutuk acapkali menggelayuti diri, rasa malas untuk berangkat liqo’ terkadang menghinggapi hati, meski aku berat untuk mengakuinya. Akan ada sangat banyak sekali alasan yang terlontar dari lisan ini kepada murobbi untuk tidak berangkat liqo atau minimal liqo’nya dimundurkan, mau belajar buat ulangan lah, capek lah, mau nyuci bajulah, dan sebagainya. Tapi…itu zaman dahulu kala, ketika awal-awal liqo’. J. Sekarang tidak. Tidak mau begitu lagi maksudnya, meski terkadang masih. Ya, harus kuakui, aku belum lah baik, tapi ingin dan sedang berusaha untuk menjadi baik. J
Aku ingat pesan ustadahku dulu, hafalkan surat at-taubah ayat 40-41 biar gak males liqo, begitu kata beliau. J
Kini,ada tarbiyah di hatiku. Ada ikatan ukhuwah yang menyerupai untaian-untaian mutiara tasbih di hatiku, Terlukis senyum saudara-saudara tercinta di tiap butirannya.
Di sini, di kelompok yang baru. aku akan berjuang semampu jiwa dan raga (ciyee) untuk berjuang bersama kalian. Mari kita bangun ukhuwah yang kuat, dan kita bangun pribadi yng berkarakter, pantang mengeluh kecuali pada Alloh (kalo mengeluh pada Alloh kan boleh ya? J). Tingkatkan pemahaman kita terhadap Islam, bersama berjuang kita rebut kemenangan dakwah Islam.! Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Dan penting mengingat satu hal: menyampaikan kebaikan juga harus dengan cara yang baik, dan mengingatkan tentang kesabaran juga harus dengan sabar. J (emm, jadi ga nyambung ya?  Maaf ya mba? J)
Long life education, inilah pendidikan seumur hidup. Dalam tarbiyah Islamiyah.
Ya Alloh, tetapkanlah kaki kami di atas jalan kebenaran, kuatkanlah kami ketika kami goyah, tegurlah kami ketika kami lalai…
Ya Alloh, mudahkanlah hati kami untuk ikhlas berjuang, mudahkanlah kami untuk berniat yang suci, mudahkanlah otak kami untuk menyerap ilmu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Aamiin…
“Islam sangat menganjurkan agar para pemeluknya membentuk kumpulan-kumpulan bernuansa kekeluargaan (usrah) dengan tujuan mengerahkan mereka untuk mencapai tingkat keteladanan, mengokohkan persatuan, dan mengangkat konsep persaudaraan di antara mereka dari tataran kata-kata dan teori menuju kerja dan operasional yang konkret. Oleh karenanya bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku untuk menjadi batu bata yang baik dalam bangunan islam ini.”

(Imam Hasan Al-Banna)

No comments:

Post a Comment