Bismillahirrohmaanirrohiim…
Aku, Dakwah, dan Tarbiyah
Bersama
di sini dalam kafilah tarbiyah untuk menapaki jejak pewaris Nabi. Saatnya kita
bersama menggelorakan jiwa, mencetak kader serba bisa, mengubah potensi menjadi
prestasi, mengubah energy menjadi cahaya, mengubah ide menjadi karya, mengubah
impian menjadi kenyataan. Aku yakin aku
bisa, aku mampu… luar biasa!
Aku
begitu lama memandangi layar laptopku ketika kutuliskan ini. Ingin kubercerita,
tapi tak tahu darimana mengawalinya. Tentang aku, dakwah, dan tarbiyah ini.
Maka aku membayang masa sekitar tiga tahun silam, awal aku bertemu tarbiyah.
Ya, baru bertemu, belum mengenal. Kemudian aku diperkenalkan dengan tarbiyah
oleh seorang kakak kelasku, beliau ketua An-Nisa Rohis SMA-ku. Aku diajak ke
suatu rumah seseorang yang beliau sebut ustadzah. Oya, ketika mengajakku,
beliau tak menyebut sama sekali kata halaqoh, liqo’, usroh, atau nama-nama lain
yang semacamnya. Beliau hanya berkata ingin mengajakku ngaji. Dan dari berbagai
proses, akhirnya aku paham, ini tarbiyah.
Dari
tarbiyah, aku merasa menemukan hal-hal baru, menemukan cahaya (pengetahuan)
yang belum pernah kudapatkan padahal ia sangat penting, yaitu peran kita di
dunia ini. Di tarbiyah, aku jadi tahu, bahwasanya kita adalah da’i sebelum
apapun, sebelum disebut guru, doctor, professor, dan sebutan-sebutan lain yang
kita dapat peroleh hanya jika kita mau berjuang, sungguh kita telah mendapat
gelar yang amat mulia, da’i.
Aku
seorang da’i. Sayang sekali aku baru menyadarinya ketika aku mengenal liqo’, mengapa
tidak sejak dulu? pikirku. Tapi, Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan
untuk menyadari bahwa aku pada intinya adalah seorang da’i tanpa harus menunggu
lulus dari ponpes, atau pergi haji dulu. Aku berfikir, dakwah bagiku adalah
amanah yang luar biasa mulia, meneruskan perjuangan para Nabi, menegakkan
tauhid yang murni di muka bumi. Namun, ia juga terasa amat berat, karena dunia
seringkali tak berpihak pada para da’i, banyak cobaan yang akan mereka harus
terima, mulai dari kata-kata yang menyindir, atau bahkan ada yang langsung
bilang tidak suka, dan ada banyak lagi. Emm…sebagian aku pun sudah
merasakannya. J.
Tapi dakwah harus tetap berjalan, karena akulah yang butuh dakwah. Bukan dakwah
yang membutuhkan aku. Karena meskipun aku tidak berdakwah, agama Alloh akan
tetap tegak di muka bumi karena Alloh sendiri lah yang Akan Menjaganya.
Dan
aku seorang mutarobbi. Belajar di dalam sebuah halaqoh. Bagiku, halaqoh atau
sering kita sebut liqo’ adalah penyedia energy ruhani. Ibarat batu baterai atau
laptop yang butuh di-charge, aku
merasa ruhiyahku pun butuh diupgrade energinya,
yaitu melalui halaqoh. Dalam halaqoh, aku menemukan saudara yang aku anggap
sama denganku, sama tujuan hidupnya, sama mengerti tugasnya, dan sama
pemikirannya (fikroh)nya. Meski, tentu tak sama karakternya bahkan jauh
berbeda. Cobaan itu akan selalu datang, godaan setan yang terkutuk acapkali
menggelayuti diri, rasa malas untuk berangkat liqo’ terkadang menghinggapi
hati, meski aku berat untuk mengakuinya. Akan ada sangat banyak sekali alasan
yang terlontar dari lisan ini kepada murobbi untuk tidak berangkat liqo atau
minimal liqo’nya dimundurkan, mau belajar buat ulangan lah, capek lah, mau
nyuci bajulah, dan sebagainya. Tapi…itu zaman dahulu kala, ketika awal-awal
liqo’. J.
Sekarang tidak. Tidak mau begitu lagi maksudnya, meski terkadang masih. Ya,
harus kuakui, aku belum lah baik, tapi ingin dan sedang berusaha untuk menjadi
baik. J
Aku
ingat pesan ustadahku dulu, hafalkan surat at-taubah ayat 40-41 biar gak males
liqo, begitu kata beliau. J
Kini,ada
tarbiyah di hatiku. Ada ikatan ukhuwah yang menyerupai untaian-untaian mutiara
tasbih di hatiku, Terlukis senyum saudara-saudara tercinta di tiap butirannya.
Di
sini, di kelompok yang baru. aku akan berjuang semampu jiwa dan raga (ciyee)
untuk berjuang bersama kalian. Mari kita bangun ukhuwah yang kuat, dan kita
bangun pribadi yng berkarakter, pantang mengeluh kecuali pada Alloh (kalo
mengeluh pada Alloh kan boleh ya? J). Tingkatkan
pemahaman kita terhadap Islam, bersama berjuang kita rebut kemenangan dakwah
Islam.! Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Dan penting mengingat
satu hal: menyampaikan kebaikan juga harus dengan cara yang baik, dan
mengingatkan tentang kesabaran juga harus dengan sabar. J
(emm, jadi ga nyambung ya? Maaf ya mba? J)
Long
life education, inilah pendidikan seumur hidup. Dalam tarbiyah Islamiyah.
Ya
Alloh, tetapkanlah kaki kami di atas jalan kebenaran, kuatkanlah kami ketika
kami goyah, tegurlah kami ketika kami lalai…
Ya
Alloh, mudahkanlah hati kami untuk ikhlas berjuang, mudahkanlah kami untuk
berniat yang suci, mudahkanlah otak kami untuk menyerap ilmu, sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Aamiin…
“Islam sangat menganjurkan agar
para pemeluknya membentuk kumpulan-kumpulan bernuansa kekeluargaan (usrah)
dengan tujuan mengerahkan mereka untuk mencapai tingkat keteladanan,
mengokohkan persatuan, dan mengangkat konsep persaudaraan di antara mereka dari
tataran kata-kata dan teori menuju kerja dan operasional yang konkret. Oleh
karenanya bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku untuk menjadi batu bata yang
baik dalam bangunan islam ini.”
(Imam
Hasan Al-Banna)
No comments:
Post a Comment